Laboratorium Berjalan ITS Jangkau Jawa Bali
Gedung Robotika, ITS Online - Kepala laboratorium SER, Hamzah Fansuri PhD mengatakan bahwa laboratorium berjalan ini dapat digunakan diseluruh pelosok Indonesia. Namun, ia mempertimbangkan biaya dan keamanan jika digunakan pada daerah yang terlalu jauh. “Bisa digunakan juga di Kalimantan atau Papua sekalipun, namun biaya akomodasinya akan membengkak berkali lipat sehingga tidak menjadi efisien lagi,” jelasnya.
Secara manajemen, laboratorium berjalan ini dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS dan menjadi salah satu bagian dari laboratorium SER ITS. Walaupun sudah dapat dioperasikan sejak Desember 2010 lalu. Namun, laboratorium berjalan ini belum bisa dibawa keluar ITS karena proses administrasi dan inventarisasi belum selesai.
“Sementara ini kita belum berani membawa keluar lab (laboratorium, red) berjalan karena proses inventarisasi belum selesai, ditakutkan nanti kalau ada sesuatu yang hilang tidak dapat dilacak karena belum ada pendataan,” bebernya. Namun, proses inventarisasi akan segera diselesaikan dan ditargetkan selesai sebelum pertengahan tahun ini.
Laboratorium ini tergolong lengkap, terdapat 12 jenis alat yang tersedia dan semuanya dapat bekerja secara maksimal ditempat. Ada alat pengukur cuaca yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan, suhu dan kelembapan udara serta jenis angin dan arahnya. “Dapat digunakan untuk mengukur volum hujan dan prediksi dimana akan turun hujan,” katanya. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengetahui arah penyebaran udara tercemar di wilayah tertentu.
Ada juga alat ukur debu udara yang dapat digunakan menghitung kandungan debu di udara, sehingga dapat diketahui aman atau tidak udara tersebut dihirup manusia. Kemudian alat ukur getaran, alat ini digunakan untuk mengetahui efek getaran alat berat pada pembangunan gedung bertingkat terhadap rumah warga di sekitarnya. “Kita dapat mengetahui apakah getaran yang ditimbulkan itu menyebabkan tembok rumah warga retak atau tidak, dan banyak fungsi lainnya” terang Hamzah.
Terdapat juga alat ukur kualitas air, kebisingan mesin, intensitas ledakan, sampel gas, kandungan asap pada cerobong mesin, titik embun, timbangan untuk mengukur kadar air dan bom calorimeter. “Semua alat tersebut dapat melakukan uji di tempat, bahkan bisa memberikan laporan dan analisa saat itu juga,” imbuhnya.
Saat ini, ITS sudah mempunyai dua laboratorium berjalan, tiap laboratorium dioperasikan oleh tiga orang. Satu menjadi tenaga ahli, satu menjadi laboran dan satu lagi menjadi supir sekaligus teknisi. Dana yang dikeluarkan untuk membuat ] laboratorium berjalan tidaklah sedikit. Satu unit membutuhkan dana 2,4 milyar rupiah. “Pembelian mobilnya sekitar 250 juta rupiah, dan sisanya alat laboratorium,” ujarnya kemudian.
Nantinya, selain untuk keperluan komersil, mobil ini juga akan digunakan untuk kepentingan sosial. Hamzah memperkirakan, untuk operasi satu hari, laboratorium ini membutuhkan dana Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. “Berapa harganya tergantung permintaan penelitian, namun untuk sosial nanti kita gratiskan dengan cara menggunakan subsidi silang,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, tugas utama laboratorium ini adalah melayani masyarakat, namun juga harus berusaha mandiri supaya tidak terlalu membebani negara. “Asalnya dari uang masyarakat,berarti harus kembali lagi ke masyarakat,” tutup Hamzah. (rik/az)
Secara manajemen, laboratorium berjalan ini dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS dan menjadi salah satu bagian dari laboratorium SER ITS. Walaupun sudah dapat dioperasikan sejak Desember 2010 lalu. Namun, laboratorium berjalan ini belum bisa dibawa keluar ITS karena proses administrasi dan inventarisasi belum selesai.
“Sementara ini kita belum berani membawa keluar lab (laboratorium, red) berjalan karena proses inventarisasi belum selesai, ditakutkan nanti kalau ada sesuatu yang hilang tidak dapat dilacak karena belum ada pendataan,” bebernya. Namun, proses inventarisasi akan segera diselesaikan dan ditargetkan selesai sebelum pertengahan tahun ini.
Laboratorium ini tergolong lengkap, terdapat 12 jenis alat yang tersedia dan semuanya dapat bekerja secara maksimal ditempat. Ada alat pengukur cuaca yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan, suhu dan kelembapan udara serta jenis angin dan arahnya. “Dapat digunakan untuk mengukur volum hujan dan prediksi dimana akan turun hujan,” katanya. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengetahui arah penyebaran udara tercemar di wilayah tertentu.
Ada juga alat ukur debu udara yang dapat digunakan menghitung kandungan debu di udara, sehingga dapat diketahui aman atau tidak udara tersebut dihirup manusia. Kemudian alat ukur getaran, alat ini digunakan untuk mengetahui efek getaran alat berat pada pembangunan gedung bertingkat terhadap rumah warga di sekitarnya. “Kita dapat mengetahui apakah getaran yang ditimbulkan itu menyebabkan tembok rumah warga retak atau tidak, dan banyak fungsi lainnya” terang Hamzah.
Terdapat juga alat ukur kualitas air, kebisingan mesin, intensitas ledakan, sampel gas, kandungan asap pada cerobong mesin, titik embun, timbangan untuk mengukur kadar air dan bom calorimeter. “Semua alat tersebut dapat melakukan uji di tempat, bahkan bisa memberikan laporan dan analisa saat itu juga,” imbuhnya.
Saat ini, ITS sudah mempunyai dua laboratorium berjalan, tiap laboratorium dioperasikan oleh tiga orang. Satu menjadi tenaga ahli, satu menjadi laboran dan satu lagi menjadi supir sekaligus teknisi. Dana yang dikeluarkan untuk membuat ] laboratorium berjalan tidaklah sedikit. Satu unit membutuhkan dana 2,4 milyar rupiah. “Pembelian mobilnya sekitar 250 juta rupiah, dan sisanya alat laboratorium,” ujarnya kemudian.
Nantinya, selain untuk keperluan komersil, mobil ini juga akan digunakan untuk kepentingan sosial. Hamzah memperkirakan, untuk operasi satu hari, laboratorium ini membutuhkan dana Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. “Berapa harganya tergantung permintaan penelitian, namun untuk sosial nanti kita gratiskan dengan cara menggunakan subsidi silang,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, tugas utama laboratorium ini adalah melayani masyarakat, namun juga harus berusaha mandiri supaya tidak terlalu membebani negara. “Asalnya dari uang masyarakat,berarti harus kembali lagi ke masyarakat,” tutup Hamzah. (rik/az)
0 komentar:
Posting Komentar