Minggu, 20 Maret 2011

Memperbarui Postingan

Sepertinya seminggu ini ane jarang ngapdate postingan di blog.  Ane jarang ngapdate ini blog karena Ane sibuk banget mingnggu - minggu ini dan sampai 9 minggu ke depan. hmm cukup lama banget. Untuk mengobati rasa kangen pembaca. he he, Ane terpaksa Copas notes dari pesbuk Ane yang berisi sebuah cerpen.  Cerpen ini berupa cerita pribadi Ane yang diberi sedikit bumbu - bumbu yang membuat rasanya semakin gak enak. he he Monggo dibacaa!!!!..

Sebuah cerpen tentang cerita Kehidupan

Hai semuanya, karena kurang kerjaan terlahirlah cerpen jelek yang sekiranya anda semua sudi untuk membacanya.
Alasan saya menulis cerpen ini adalah untuk menghibur diri saya sendiri selain memang kurang kerjaan juga karena dalam liburan semester ini memang terasa sangat membosankan dan semoga juga dapat menghibur anda semua yang membaca sedikit cerpen dari saya ini. Cerpen yang akan saya ceritakan ini tercetus ketika saya jongkok sendirian di tepi kali Brantas (Bukan untuk Boker). Kenapa harus jongkok? Kok tidak sekalian duduk? (sebaiknya anda memikirkan jawabannya sendiri). Singkat cerita, ketika saya sedang asik-asiknya melamun, tiba-tiba tanpa diduga-duga hape saya berbunyi lirih seketika saya senang sekali karena sudah hampir seminggu tidak ada sms yang masuk ke hape saya. Namun suasana yang kontras terjadi pada raut muka saya ketika saya mulai membuka smsnya, ternyata sms itu dari INDOSAT (Memang nama sebenarnya) dan tanpa pikir panjang langsung saja kuhapus sms yang tidak penting samasekali itu. Seketika setelah menghapus sms itu, aku teringat peristiwa sekitar tiga tahun yang lalu, di tempat yang hampir sama ketika itu saya masih kelas X SMA. Waktu itu saya bersama teman saya yang bernama Riski (Bukan nama samaran) temanku sejak MTs hingga SMA yang lebih dikenal dengan nama Ciki dan sekarang tidak tahu dimana koordinat posisinya, sama-sama mencoba kartu perdana 3(tri) yang saat itu memang tri sangat gencar-gencarnya melakukan promo hingga saya terkena jebakan promonya dan akhirnya membeli kartu perdana itu. Ternyata kartu tri hanya bisa digunalan di tepi sungai brantas, why? Menurut hipotesa saya mungkin karena di tepi sungai brantastidak ada rumah-rumah yang menghalangi sinyalnya sampai ke hape. Di tepi kali brantas inilah saya dulu melakukan hal-hal aneh dan konyol yaitu mengganggu orang dengan nomor baru ini. Dan yang paling tidak bermoral adalah smsan dari jarak kurang dari 2 meter untuk ngomongin orang yang sedang ngarit atau merumput bahasa indonesianya yang melintas di depan kita.

“ Woe, ini curhat apa cerita? Katanya tadi mau Nulis cerpen? Mana buktinya?” Teriak salah satu pembaca yang tidak sabar ingin segera membaca Cerpennya.
“ O iya ya, Untung kamu ingatkan, cekitot silahkan dibaca!!!” Kata penulis dengan penuh wibawa,



“Apa maumu sebenarnya? Seharusnya kamu sudah bisa mandiri, sudah punya penghasilan. Lihat si Amir, walaupun dia tidak kuliah dia sudah punya penghasilan!” Bentak Pak Wardoyo pada anaknya, Hasan.
Mendengar bentakan itu, Hasan tetap asik ngegame di depan leptopnya. Seakan tak ada apa-apa di sampingnya. Melihat tingkah anak semata wayangnya yang sama-sekali tidak menghargai kehadirannya, Pak Wardoyo mulai bertindak tegas dia langsung menampar pipi kiri hasan. Seketika Hasan keluar dari kamar dan pergi keluar menggunakan sepeda.
Konflik Hasan dengan bapaknya sudah terjadi sejak tiga tahun yang lalu. Konflik ini bermula ketika hasan telah lulus SMA dan ingin melanjutkan kuliah di bidang teknik. Namun Pak Wardoyo meminta Hasan agar kuliah di Fakultas Hukum. Menurut Pak Wardoyo, Bidang Hukum merupakan bidang yang sangat bagus karena pola bahasanya bisa membolak-balikkan fakta. Lain dengan Bapaknya, Hasan lebih senang ke bidang teknik karena memang sejak kecil dia bercita-cita ingin seperti Pak.Habibi yang sangat dihargai di negeri Jerman. Cita-cita ini tidak isapan jempol belaka, Hasan juga sangat berbakat di bidang teknik terbukti dengan berhasil diperbaikinya sepeda rusak yang ada di gudangnya. Bahkan sejak kecil, dia gemar memperbaiki mainan-mainan temannya yang rusak dan sebagian besar bisa dipakai lagi.
Pak Wardoyo seakan tidak memperhatikan bakat Hasan ini. Pak Wardoyo tetap teguh dengan kediktatorannya untuk tetap memaksakan Hasan agar kuliah di bidang Hukum. Kalau tidak, dia tidak akan membiayai kuliah Hasan di bidang lain. Merasa terintimidasi, Hasan akhirnya terpaksa menuruti kehendak ayahnya.
Setahun pertama kuliah, Hasan sangat rajin masuk demi menyenangkan Bapaknya. Tetapi yang namanya tdak cocok tetaplah tidak cocok, mata kuliah yang diajarkan selama setahun tidak ada yang dapat diambil sama sekali. Hasan juga sudah bicara masalahnya pada Bapaknya agar,diizinkan berhenti kuliah dari Hukum dan Pindah ke Teknik, Tetapi hasilnya Nihil. Tahun kedua Hasan Masih rajin kuliah, siapa tahu dia masih bisa membuka pikirannya. Hasilnya sama saja, tidak ada perubahan. Tahun ketiga dia memberontak, dia sudang jarang masuk kuliah, bahkan sering tidak masuk. Dan karena kelakuannya tersebut, dia di DO dari kampusnya.
Semenjak dia Hasan tidak Kuliah, Pak Wardoyo bukannya sadar akan kesalahannya, dia malah menyalahkan Hasan yang tidak serius kuliah. Sejak saat itulah Hasan tidak pernah menanggapi apa yang dibicarakan Bapaknya dan apa yang dilakukan Bapaknya. Dan dirumah Hasan hanya main game dan sesekali memperbaiki barang-barang rusak yang ada dirumahnya, seakan dia menunujukkan bakatnya tersebut kepada Bapaknya.
“Pak, Hasan kemana? Sejak pagi sampai habis Isya’ kok belum pulang?” tanya Bu Wardoyo cemas
“ Ah, anak itu,paling juga sebentar lagi juga pulang. Mana mungkin dia berani kabur dari rumah, dia kan anak manja.” Jawab Pak Watrdoyo tanpa beban

Tanpa sepengetahuan orang tuanya, Hasan tiba di rumah dan mendengar apa yang dikatakan Bapaknya. Mendengar perkataan yang terasa meremehkan dirinya, seakan Hasan ingin berteriak dan memaki Bapaknya, namun hal itu dia urungkan karena kurang sopan. Dia langsung menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya.
“ Benarkan apa yang aku katakan? Dia pasti pulang” kata Pak Wardoyo enteng
Seketika Bu Wardoyo langsung masuk ke kamar Hasan, bu Wardoyo hanya menemukan secarik kertas yang berisikan beberapa huruf yang dirangkai menjadi tulisan :
Bundaku yang tercinta
Bukan maksud hati untuk menyakiti hati bunda
Tetapi anakmu yang hina ini tidak mau terus menerus sakit-hati
Hasan hanya ingin merdeka menentukan pilihan hasan
Tidak dikekang oleh siapapun, hasan ingin menentuka nasib hasan sendiri
Mungkin nanti kalau sudah saatnya, hasan akan kembali
Salam cinta dari hasan untuk bunda
Wassalam...

Air mata tak bisa dibendung dari mata Bu Wardoyo ketika membaca surat dari Putra satu-satunya itu. Tak lama kemudia dia langsung pingsan, tubuhnya menimpa kursi di kamar Hasan, hingga suaranya terdengar hingga ruang tengah. Seketika Pak wardoyo masuk ke kamar Hasan dan melihat secarik kertas yang dipegang Bu Wardoyo kemudian membacanya. Mau marahpun, da tidak tahu harus marah kepada siapa. Akhirnya dia sosbek-sobek kertas itu.


Gimana jelek bukan???

cerita masih akan berlanjut, dan lanjutannya akan saya tambahkan pada komentar2 saya........

2 komentar:

Posting Komentar